Pengertian Suku Bunga - Suku bunga adalah
 harga dari penggunaan uang atau bias juga dipandang sebagai sewa atas 
penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Atau harga dari meminjam 
uang untuk menggunakan daya belinya dan biasanya dinyatakan dalam persen
 (%). 
Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank 
yang berdasarkan prinsip Konvensional kepada nasabah yang membeli atau 
menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus 
dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus 
dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). 
(Kasmir, 2002: 121) 
Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya, yaitu: 
- Bunga Simpanan yaitu bunga yang diberikan sebagai ransangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Contoh: jasa.
 - Bunga Pinjaman yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah pinjaman kepada bank. Contoh: bunga kredit.
 
Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan 
pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus 
dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan
 yang diterima nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga bunga pinjaman 
masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh 
seandainya bunga pinjaman tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman 
juga berpengaruh naik dan demikian sebaliknya. 
Teori Tingkat Suku Bunga
a.  Teori Klasik 
Teori bunga aliran klasik dinamakan “The Pure Theory of Interest”. 
Menurut teori ini, tinggi rendahnya tingkat bunga ditentukan oleh 
permintaan dan penawaran akan modal. Jadi modal telah dianggap sebagai 
harga dari kesempatan penggunaan modal. Sama seperti harga barang-barang
 dan jasa , tinggi rendahnya ditentukan oleh permintaan dan penawaran, 
demikian pula tinggi rendahnya bunga modal ditentukan oleh permintaan 
dan penawaran modal. 
Menurut teori klasik, tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga pada 
perekonomian akan mempengaruhi tabungan (saving) yang terjadi. Berarti 
keinginan masyarakat untuk menabung sangat tergantung pada tingkat 
bunga. Makin tinggi tingkat bunga, semakin besar keinginan masyarakat 
untuk menabung atau masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan 
pengeluaran guna menambah besarnya tabungan. Jadi tingkat suku bunga 
menurut klasik adalah balas jasa yang diterima seseorang karena menabung
 atau hadiah yang diterima seseorang karena menunda konsumsinya. 
Investasi merupakan fungsi tingkat suku bunga. Semakin tinggi tingkat 
bunga, semakin kecil keinginan masyarakat untuk mengadakan investasi. 
Karena keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut akan lebih 
dari tingkat bunga (biaya penggunaan pinjaman tersebut). Bilamana 
terjadi kondisi tingkat bunga dalam keseimbangan, artinya tidak ada 
dorongan untuk menabung akan sama dengan dorongan pengusaha untuk 
melakukan investasi. 
Tingkat keseimbangan bunga berada pada io dimana pada tingkat bunga ini 
tingkat tabungan yang terjadi sama dengan tingkat investasi. Bilaman 
tingkat bunga bergerak naik (berpindah dari io ke i1), maka jumlah 
investasi (keinginan investor guna melakukan investasi) berkurang. 
Kondisi yang terjadi pada tingkat bunga i1 dananya (mereka akan bersaing
 menawarkan sehingga tingkat bunga pada i1) akan bergerak turun atau 
kembali pada tingkat bunga io.
 
Apabila tingkat bunga io bergerak turun pada tingkat bunga i2, para 
investor (pengusaha) akan bersaing guna memperoleh dana (tabungan) yang 
jumlahnya kecil dibandingkan keinginan untuk investasi. Tingkat bunga 
keseimbangan terjadi di pasar sama dengan interaksi antara penawaran 
dengan permintaan suatu barang. Sejalan dengan proses terjadinya harga 
pasar suatu barang, maka tingkat bungapun ditentukan antara keseimbangan
 penawaran tabungan dan permintaan tabungan. Jadi tingkat bungalah 
sebagai penggerak antara keseimbangan tabungan dan investasi. 
Pendapat klasik tentang tingkat bunga ini didasarkan pada Hukum Say 
(pendapat Baptis Say) bahwa penawaran akan menciptakan permintaannya 
sendiri. Dengan berttitik tolak dari Hukum Say ini maka setiap tabungan 
akan otomatis sama dengan investasi. Tingkat bunga yang mengalami 
penurunan dan kenaikan atau bergerak naik turun dari titik keseimbangan,
 maka pergerakan naik turunnya tingkat bunga hanya bersifat sementara. 
Bilamana telah tejadi tarik menarik penawaran dan permintaan atau 
bekerjanya mekanisme harga (aeperti pada pasar barang) tingkat bunga 
keseimbangan akan tercipta kembali.
b. Teori Keynes 
Teori ini dikemukakan oleh Keynes dan dinamakan “Liqudity Preference 
Theory of Interest”. Menurut Keynes tingkat bunga ditentukan oleh 
preference dan suplly of money. Liquidity preference adalah keinginan 
memegang atau menahan uang didasarkan tiga alasan yaitu motif transaksi,
 berjaga-jaga dan motif spekulasi.  
Ahli-ahli ekonomi sesudah klasik pada umumnya memberikan sokongan pada 
pandangan Keynes yang berkeyakinan bahwa tingakat bunga merupakan balas 
jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut mengorbankan 
liquidity preferencenya (permintaan uang).  
Permintaan uang mempunyai hubungan yang negative dengan tingkat bunga. 
Hubungan yang negative antara permintaan uang dengan tingkat bunga ini 
dapat diterangkan Keynes, dia mengatakan bahwa masyarakat mempunyai 
pendapat tentang adanya tingkat bunga nominal (natural rate). Bilamana 
tingkat bunga turun dari tingkat bunga nominal dalam masyarakat ada 
suatu keyakinan memegang obligasi (surat berharga) pada saat suku bunga 
naik (harga obligasi mengalami penurunan) pemegang obligasi tersebut 
akan menderita kerugian (capital loss). Guna menghindari kerugian ini, 
tindakan yang dilakukan adalah menjual obligasi denga sendirinya akan 
mendapatkan uang kas, dan uang kas ini yang akan dipegang pada saat suku
 bunga naik. Hubungan inilah yang disebut motif spekulasi permintaan 
uang karena masyarakat akan melakukan spekulasi tentang obligasi dimasa 
yang akan datang.
Tanggapan Keynes yang kedua adalah berhubungan dengan ongkos (harga) 
memegang uang kas, karena makin tinggi tingkat bunga makin besar ongkos 
memegang uang kas. Hal ini akan menyebabkan keinginan memegang uang kas 
juga akan makin menurun. Bila tingkat bunga turun berarti ongkos 
memegang uang rendah, sehingga permintaan uang kas naik. Permintaan ini 
akan menentukan tingkat bunga. Tingkat bunga keseimbangan pada io 
terjadi bila jumlah kas yang ditawarkan (uang beredar) sama dengan yang 
diminta. Bila terjadi peningkatan suku bunga (di atas io) masyarakat 
akan menginginkan uang kas lebih sedikit dengan membeli obligasi 
(tingkat bunga turun) sampai kembali pada tingkat keseimbangan. 
Bilamana tingkat bunga yang terjadi berada dibawah keseimbangan (io) 
masyarakat akan menginginkan uang kas lebih besar. Ini perlu agar 
menjual obligasi yang dipegang. Tindakan untuk menjual inilah yang 
mendesak harganya turun dan tingkat bunga akan bergerak naik. 
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga
Agar keuntungan yang diperoleh bank dapat maksimal, maka pihak manajemen
 bank harus pandai dalam menetukan besar kecilnya komponen suku bunga. 
Hal ini disebabkan apabila salah dalam menentukan besar kecilnya 
komponen suku bunga maka akan dapat merugikan bank itu sendiri. 
Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan suku bunga yaitu: 
1. Kebutuhan Dana 
Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan yaitu, seberapa 
besar kebutuhan dana yang diinginkan. Apabila bank kekurangan dana, 
sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank 
agar dan tersebut cepat terpenuhi adalah dengan meningkatakan suku bunga
 simpanan. Namun peningkatan suku bunga simpanan juga akan meningkatkan 
suku bunga pinjaman. Sebaliknya apabila dana yang ada dalam simpanan di 
bank banyak, sementara permohonan pinjaman sedikit maka bung simpanan 
akan turun. 
2. Target Laba yang Diinginkan 
Faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Hal ini disebabkan target 
laba merupakan salah satu komponen dalam menentukan besar kecilnya suku 
bunga pinjaman. Jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman juga
 besar dan demikian sebaliknya. Namun untuk menghadapi pesaing target 
laba dapat diturunkan seminimal mungkin. 
3. Kualitas Jaminan 
Kualitas jaminan juga diperuntukkan untuk bunga. Semakin likuid jaminan 
(mudah dicairkan) yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit yang 
dibebankan dan demikian sebaliknya. 
4. Kebijaksanaan Pemerintah 
Dalam menentukan bunga simpanan maupun bunga pinjaman, bank tidak boleh 
mlebihi batasan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Artinya ada 
batasan maksimal dan ada batasan minimal.untuk suku bunga yang 
diizinkan. Tujuannya adalah agar bank dapat bersing sacara sehat. 
5.  Jangka Waktu 
Baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman, faktor  jangka waktu 
sangat menentukan. Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka semakin 
tinggi bunganya. Hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko macet 
dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka waktu
 pendek, maka bunganya relatif rendah. Akan tetapi untuk bunga simpanan 
berlaku sebaliknya, semakin panjang jangka waktu maka bunga simpanan 
semakin rendah dan sebaliknya. 
6. Reputasi Perusahaan 
Reputasi perusahaan juga sangat menentukan suku bunga terutama untuk 
bunga pinjaman. Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit
 sangat menentukan tungkata suku bunga yang akan dibebankan nantinya, 
karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan resiko kredit macet 
dimasa mendatang relatif kecil dan demikian sebaliknya perusahaan yang 
kurang bonafid factor resiko kredit macet cukup besar. 
7. Produk yang Kompetitif 
Produk yang kompetitif sangat menentukan besar kecilnya pinjaman. 
Kompetitif maksudnya adalah produk yang dibiayai sangat laku di pasaran.
 Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif 
rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini 
disebabkan produk yang kompetitif tingkat perputaran produknya tinggi 
sehingga pembayarannya diharapkan lancar. 
8. Hubungan Baik 
Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan factor kepercayaan kepada 
seseorang atau lembaga. Dalam prakteknya, bank menggolongkan nasabahnya 
antara nasabah uatam (primer) dan nasabah biasa (sekunder). 
9. Persaingan 
Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana sementara maka 
tingkat persaingan dalam memperebutkan dana simpanan cukup ketat, 
maka bank harus bersaing ketat dengan bank lainnya. 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar